Minggu, 18 Mei 2014

Di ambil dari KARNA PARWA (Bagian dari MAHABHARATA)

 Kesedihan Duryodhana setelah kematian Radheya (Karna) di tangan Arjuna

 Radheya telah gugur...... berkali kali Duryodhana bergumam, malam sebelumnya dia masih bersama, Duryodhana ingat malam itu sewaktu Radheya pergi meninggalkan tendanya lalu di pintu keluar dia berbalik dan berlari kearahnya tuk memeluknya, mereka menangis bersama dalam keharuan.....

 Duryodhana tidak menduga kalau pelukan Radheya adalah tanda perpisahan untuknya, kini dia menyadari kalau dia hidup di dunia tanpa lagi ditemani oleh sahabatnya.

 Duryodhana tidak ingin memikirkan apa apa lagi, ia memikirkan saat-saat perlombaan ketangkasan pangeran Kuru saat itulah pertama kali dia melihat Radheya dan kini ia ingin sekali melihat sahabatnya.

 Dalam kesunyian malam seorang diri dia menuju tempat dimana Radheya tewas. Duryodhana tak tahan lagi melihat tubuh sahabatnya yang sudah tidak bernyawa, dia berpikir dirinya akan gila. Duryodhana berlari menyeberangi medan pertempuran dalam kegelapan malam menuju tempat kakeknya Bhisma

 Duryodhana bersujud dihadapan sang kakek yang berbaring diatas ranjang panahnya lalu menangis sebagai curahan kesedihannya, perlahan Bhisma membuka matanya memandang cucunya penuh kasih sayang dan rasa iba
 " janganlah kau tangisi, berbahagialah karena Radheya telah mencapai surga . ia adalah seorang Kshatriya dan mati layaknya Kshatriya"

 Duryodhana tercengang , matanya yang merah karena kesedihan kini berbinar
 "Jadi selama ini aku benar, Kakek dari dulu aku merasa bahwa Radheya adalah seorang Ksatriya dan kini kau mengatakan hal yang sama, katakanlah padaku Kakek siapa sebenarnya Radheya, aku sangat ingin mengetahuinya aku akan melenyapkan noda yang melekat pada dirinya, setidaknya hanya ini yang bisa kau lakukan untuk sahabatku yang telah mati untukku..... katakanlah padaku kakek"

 Bhisma berkata
 "aku tahu siapa dirinya, tapi aku tidak bisa memberitahumu kecuali kau berjanji untuk tetap menyimpan rahasia ini, ini adalah permintaan Radheya sendiri dia memintaku untuk tidak menceritakan kepada siapapun kecuali dia sudah mati. kini Radheya telah mati dan kaupun harus menjaga rahasia ini sampai kau mati"

 Duryodhana sangat kebingungan, dia pun berkata
 "bila Radheya menginginkan hal itu dirahasiakan maka aku pasti akan melakukannya, aku tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun"

 Bhisma tersenyum dan diam sesaat .... lalu bertanya
 "Duryodhana beriaplah untuk terkejut, apakah kau mampu bertahan ?"

 Duryodhana tersenyum getir menatap sang kakek
 "setelah melihat mayat Radheya aku masih hidup ,apa tidak cukup membuktikan bahwa hatiku cukup kuat menghadapi hal ini ? aku siap mendengarkan apapun sekarang, katakanlah padaku ... siapa Radheya ?

 Lalu Bhisma berkata
 "Aku akan mengatakan kebenaran ini, Duryodhana kuatkanlah hatimu... sahabatmu bukan Radheya , ia adalah Kaunteya (Sebutan untuk putra Kunti)

 Rasa nyeri dan perih tiba-tiba menusuk perasaan Duryodhana, kebenaran itu seakan-akan menampar wajahnya, dalam keterkejutan Duryodhana memegang tangan Bhisma
 "Apa..... jadi Pandava adalah saudara Radheya?kakek ... katakanlah segalanya padaku "

 Bhisma lalu menceritakan kisah hidup Radheya berawal dari pertemuan Kunti dengan Surya, lalu dibuangnya Radheya dalam kotak kayu sehingga ditemukan oleh Athiratha, tentang nama Radheya yang dengan bangga dia sandang dan memutuskan untuk selamanya memakai nama itu, untuk menghormati ibunya Radha yang karena cinta kasihnya membuat dadanya seketika mengeluarkan air susu.

 Bhisma juga menceritakan kisah Radheya menuntut ilmu pada Bhargava setelah di tolak oleh Drona karena dia seorang Sutaputra, berikut tragedi yang menimpanya mulai dari kutukan sang Guru, seorang brahmana lalu kunjungan Indra yang meminta Kundala dan Kavachanya, dan terakhir Bhisma menceritakan tentang pertemuan Krishna dengan Radheya dan kunjungan Kunti

 Duryodhana terhenyak tiada mampu berkata kata, ia mendengar semua mengenai cinta Radheya kepadanya, Bhisma telah memberi tau segalanya. air matanya berlinang jatuh di tangan kakeknya, dengan suara parau Duryodhana kemudian berkata

 "Radheya tau..... tapi tidak mau membela saudaranya karena dia sangat mencintai aku... ?? Tuhan.... mengapa aku tidak mati ? Radheya sahabatku, aku akan segera menemuimu secepatnya... aku tidak bisa hidup tanpamu...

 Bhisma berusaha menenangkan dan menghibur cucunya yang tenggelam dalam kesedihan. namun Duryodhana berusaha menguatkan dirinya dan berkata
 "Pikiranku telah disucikan dari semua dosa setelah mendengar cerita tentang orang yang paling mulia yang pernah hidup, aku bisa mati dengan senyuman dibibirku, tak ada yang bisa melukaiku lagi.

 Aku mempelajari hal ini dari Radheya, aku telah terbebas dari ikatan rasa cinta terhadap kerajaanku, aku ingin berbagi dengan Radheya aku sekarang tidak peduli dengan apapun

 Aku hanya meninginkan satu hal kakek ... Kematian.... aku akan mati layaknya Ksatriya, kau akan bangga padaku kakek, aku akan pergi sekarang untuk mempersiapkan kematianku

 Duryodhana berdiri lalu mohon pamit kepada Bhisma lalu dengan langkah pasti berjalan meninggalkan Bhisma tanpa berbalik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar